China Segera Bantu Rusia, Joe Biden Ketar Ketir

  • Bagikan

Kabariau.com – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden akan mengadakan panggilan telepon dengan presiden China, Xi Jinping pada Jumat, 18 Maret 2022.

Amerika Serikat mengaku akan terus membujuk China agar tidak memberikan dukungan kepada Rusia dalam invasinya ke Ukraina.

Panggilan telepon yang direncanakan tersebut diumumkan oleh sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki.

Jen Psaki mengatakan bahwa panggilan tersebut adalah bagian dari upaya Amerika Serikat untuk menjaga jalur komunikasi terbuka antara kedua negara.

“Kedua pemimpin akan membahas pengelolaan persaingan dagang antara kedua negara serta perang Rusia melawan Ukraina dan masalah lain yang menjadi perhatian bersama,” kata Psaki dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters pada 17 Maret 2022.

Seruan tersebut akan datang setelah penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan mengadakan pembicaraan selama 7 jam di Roma dengan diplomat China, Yang Jiechi pada Senin, 14 Maret 2022.

Pembicaraan di Roma tersebut bersifat intens dan tidak memungkinkan untuk ditunda-tunda. Namun, hasil yang yang didapatkan dinilai mengecewakan bagi Amerika Serikat.

Selama pertemuan tersebut, Sullivan mengungkapkan keprihatinan tentang China yang berpihak pada Rusia.

Kemudian, Amerika meninggalkan pertemuan di Roma tersebut dengan rasa pesimis dan berharap China akan berubah pikiran untuk tidak mendukung Rusia.

Seorang pejabat administrasi senior Amerika Serikat juga mengatakan bahwa Sullivan memberikan peringatan kepada Yang tentang ‘konsekuensi’ bagi China jika mendukung Rusia.

“Kami sangat prihatin akan keberpihakan China kepada Rusia. Kami mengamati dengan cermat apakah China atau negara lain memberikan dukungan—militer, ekonomi, atau dukungan lain ke Rusia,” kata seorang pejabat senior tersebut.

Sebagaimana yang diketahui sebelumnya, China telah memutuskan untuk mengirim bantuan ekonomi ke Rusia dalam konflik Ukraina. Namun, mengenai bantuan militer, saat ini China masih mempertimbangkan.

Saat ini, Rusia sangat terdesak membutuhkan bantuan ekonomi dan keuangan dalam menghadapi sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Rusia tidak dapat mengakses hampir semua cadangan emas dan valuta asingnya senilai 640 miliar dolar atau setara Rp9,1 kuadriliun.

Namun, Rusia masih memegang sebagian dari cadangan tersebut dalam mata uang yuan, sehingga China akan dapat turun tangan untuk memberikan bantuan.

Bantuan China kepada Rusia membuat Amerika Serikat merasa ketakutan karena konflik tersebut berpotensi akan semakin membesar.

Walaupun beberapa waktu lalu Amerika Serikat sempat memberi ancaman, mereka tetap ingin terus menjaga komunikasinya dengan China agar situasi tidak memburuk.

Editor : Deo Febro

  • Bagikan